Powered By Blogger

Sunday, November 4, 2012

Akulturasi dan Relasi Internakultural

Akulturasi
Menurut Garbarino (1983) "Acculturation (is) the process of culture change as a result of long term, face to face contact between two societies."
Menurut Ta Chee Beng (1988) "Acculturation is the kind of cultural change of one ethnic group or a certain population of ethnic group (A) in relation to another ethnic group (B) such that certain cultural features of "A" become similiar or bear some resemblance to those of "B"."
Menurut Koentjaraningrat akulturasi adalah proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kebudayaan lokal itu sendiri.

 
Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Suatu Proses Akulturasi
  • Faktor Intern (dalam):
  1. Bertambah atau berkurangnya penduduk yang diakibatkan oleh kelahiran, kematian maupun perpindahan penduduk dari desa ke kota (migrasi) maupun dari daerah ke daerah lainnya seperti transmigrasi, hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur dalam masyarakat, terutama lembaga kemasyarakatan.
  2. Penemuan-penemuan baru. Penemuan baru yang didorong oleh kesadaran masyarakat akan kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat.  Penemuan-penemuan tersebut seperti penemuan ide terhadap sesuatu yang belum pernah ada (discovery), penyempurnaan penemuan baru (invention), dan pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga melengkapi atau mengganti yang telah ada (innovation).
  3. Konflik yang terjadi dalam masyarakat. Pertentangan atau konflik merupakan salah satu sebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok.
  4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi. Adanya revolusi atau pemberontakan dalam suatu negara akan menimbulkan perubahan. 
  • Faktor Ekstern (luar):
  1. Lingkungan fisik yang ada disekitar manusia. Jika di terjadi bencana alam, yang mengakibatkan masyarakat harus meninggalkan tempat tinggalnya dan pindah ke tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam yang baru tersebut. 
  2. Peperangan. Peperangan dengan negara lain dapat pula mengakibatkan terjadinya perubahan karena biasanya negara yang menang dalam peperangan akan memaksakan kebijakannya terhadap negara yang kalah.
  3. Pengaruh Kebudayaan masyarakat lain. Melalui difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi (pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi) dapat mengakibatkan terjadinya perubahan kebudayaan.

Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial
Faktor yang mempengaruhi perubahan sosial terdiri dari 2 faktor yaitu:
  • Faktor pendorong: sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan untuk maju, kontak dengan kebudayaan laib, sistem pendidikan formal yang maju, toleransi terhadap perubaham-perubahan, sistem lapisan masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu, orientasi masa depan, sikap mudah menerima hal baru.
  • Faktor penghambat: kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang terhambat, sikap masyarakat yang sangat tradisional, adanya kepentingan-kepentingan yang telag tertanam dengan kuat, rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan, prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup, hambatan-hambatan yang bersikap ideologis, adat atau kebiasaan.

Internakultural
Menurut Stewart L. Tubbs internakultural adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (baik dalam ras, etnik, atau sosioekonomi) atau gabungan dari semua perbedaan ini.  Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Hamid Mowlana menyebutkan internakultural sebagai human flow across national boundaries. Misalnya, dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan internakultural sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya. 
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa internakultural adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya internakultural itu dilakukan:
  1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan;
  2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung dari persetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama;
  3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;
  4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara.

Fungsi-Fungsi Internakultural
  • Fungsi Pribadi. Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
  1. Menyatakan identitas sosial. Dalam proses internakultural terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.
  2. Menyatakan integrasi sosial. Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah saya memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka.
  3. Menambah pengetahuan. Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
  4. Melepaskan Diri atau Jalan Keluar. Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencri jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris. 
Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai perilaku yang berbeda. Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer, perbedaan di antara dua pihak dimaksimumkan.Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling bercermin pada perilaku lainnya.Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya.
  • Fungsi Sosial
  1. Pengawasan. Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek internakultural diantara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan berfungsi saling mengawasi, Dalam setiap proses internakultural fungsi ini bermanfaat untuk menginformasukan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarluaskan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
  2. Menjembatani. Dalam proses internakultural, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
  3. Sosialisasi nilai. Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
  4. Menghibur. Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses internakultural. Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota yang terletak di depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.
 
Prinsip-Prinsip Internakultural
  1. Relativitas bahasa. Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa memengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.
  2. Bahasa sebagai cermin budaya. Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).
  3. Mengurangi ketidakpastian. Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidakpastian dan ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidakpastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena ketidakpastian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidakpastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
  4. Kesadaran diri dan perbedaan antarbudaya. Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.
  5. Interaksi awal dan perbedaan antarbudaya. Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.
  6. Memaksimalkan hasil interaksi. Dalam internakultural seperti dalam semua komunikasi, kita berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989) mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian, misalnya anda akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya dengan anda ketimbang orang yang sangat berbeda. Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi. Ketiga, kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil positif. Dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisisi yang anda ambil, perilaku nonverbal yang anda tunjukkan, dan sebagainya. Anda kemudian melakukan apa yang menurut anda akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakukan apa yang menurut anda akan memberikan hasil negatif.



Referensi
  • http://books.google.co.id/books?id=LydffsORZZMC&pg=PT90&dq=akulturasi&hl=en&sa=X&ei=wH2WUNKSM4i3rAeR44GwDA&sqi=2&ved=0CDgQ6AEwBQ
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi
  • http://www.scribd.com/doc/61861705/akulturasi
  • http://mbahkarno.blogspot.com/2012/10/akulturasi-kebudayaan.html
  • http://www.psychologymania.com/2012/06/faktor-yang-mempengaruhi-akulturasi.html
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya