Powered By Blogger

Sunday, November 4, 2012

Akulturasi dan Relasi Internakultural

Akulturasi
Menurut Garbarino (1983) "Acculturation (is) the process of culture change as a result of long term, face to face contact between two societies."
Menurut Ta Chee Beng (1988) "Acculturation is the kind of cultural change of one ethnic group or a certain population of ethnic group (A) in relation to another ethnic group (B) such that certain cultural features of "A" become similiar or bear some resemblance to those of "B"."
Menurut Koentjaraningrat akulturasi adalah proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kebudayaan lokal itu sendiri.

 
Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Suatu Proses Akulturasi
  • Faktor Intern (dalam):
  1. Bertambah atau berkurangnya penduduk yang diakibatkan oleh kelahiran, kematian maupun perpindahan penduduk dari desa ke kota (migrasi) maupun dari daerah ke daerah lainnya seperti transmigrasi, hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur dalam masyarakat, terutama lembaga kemasyarakatan.
  2. Penemuan-penemuan baru. Penemuan baru yang didorong oleh kesadaran masyarakat akan kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat.  Penemuan-penemuan tersebut seperti penemuan ide terhadap sesuatu yang belum pernah ada (discovery), penyempurnaan penemuan baru (invention), dan pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga melengkapi atau mengganti yang telah ada (innovation).
  3. Konflik yang terjadi dalam masyarakat. Pertentangan atau konflik merupakan salah satu sebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok.
  4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi. Adanya revolusi atau pemberontakan dalam suatu negara akan menimbulkan perubahan. 
  • Faktor Ekstern (luar):
  1. Lingkungan fisik yang ada disekitar manusia. Jika di terjadi bencana alam, yang mengakibatkan masyarakat harus meninggalkan tempat tinggalnya dan pindah ke tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam yang baru tersebut. 
  2. Peperangan. Peperangan dengan negara lain dapat pula mengakibatkan terjadinya perubahan karena biasanya negara yang menang dalam peperangan akan memaksakan kebijakannya terhadap negara yang kalah.
  3. Pengaruh Kebudayaan masyarakat lain. Melalui difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi (pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi) dapat mengakibatkan terjadinya perubahan kebudayaan.

Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial
Faktor yang mempengaruhi perubahan sosial terdiri dari 2 faktor yaitu:
  • Faktor pendorong: sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan untuk maju, kontak dengan kebudayaan laib, sistem pendidikan formal yang maju, toleransi terhadap perubaham-perubahan, sistem lapisan masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu, orientasi masa depan, sikap mudah menerima hal baru.
  • Faktor penghambat: kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang terhambat, sikap masyarakat yang sangat tradisional, adanya kepentingan-kepentingan yang telag tertanam dengan kuat, rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan, prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup, hambatan-hambatan yang bersikap ideologis, adat atau kebiasaan.

Internakultural
Menurut Stewart L. Tubbs internakultural adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (baik dalam ras, etnik, atau sosioekonomi) atau gabungan dari semua perbedaan ini.  Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Hamid Mowlana menyebutkan internakultural sebagai human flow across national boundaries. Misalnya, dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan internakultural sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya. 
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa internakultural adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya internakultural itu dilakukan:
  1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan;
  2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung dari persetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama;
  3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;
  4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara.

Fungsi-Fungsi Internakultural
  • Fungsi Pribadi. Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
  1. Menyatakan identitas sosial. Dalam proses internakultural terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.
  2. Menyatakan integrasi sosial. Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah saya memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka.
  3. Menambah pengetahuan. Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
  4. Melepaskan Diri atau Jalan Keluar. Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencri jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris. 
Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai perilaku yang berbeda. Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer, perbedaan di antara dua pihak dimaksimumkan.Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling bercermin pada perilaku lainnya.Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya.
  • Fungsi Sosial
  1. Pengawasan. Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek internakultural diantara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan berfungsi saling mengawasi, Dalam setiap proses internakultural fungsi ini bermanfaat untuk menginformasukan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarluaskan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
  2. Menjembatani. Dalam proses internakultural, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
  3. Sosialisasi nilai. Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
  4. Menghibur. Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses internakultural. Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota yang terletak di depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.
 
Prinsip-Prinsip Internakultural
  1. Relativitas bahasa. Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa memengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.
  2. Bahasa sebagai cermin budaya. Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).
  3. Mengurangi ketidakpastian. Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidakpastian dan ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidakpastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena ketidakpastian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidakpastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
  4. Kesadaran diri dan perbedaan antarbudaya. Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.
  5. Interaksi awal dan perbedaan antarbudaya. Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.
  6. Memaksimalkan hasil interaksi. Dalam internakultural seperti dalam semua komunikasi, kita berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989) mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian, misalnya anda akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya dengan anda ketimbang orang yang sangat berbeda. Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi. Ketiga, kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil positif. Dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisisi yang anda ambil, perilaku nonverbal yang anda tunjukkan, dan sebagainya. Anda kemudian melakukan apa yang menurut anda akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakukan apa yang menurut anda akan memberikan hasil negatif.



Referensi
  • http://books.google.co.id/books?id=LydffsORZZMC&pg=PT90&dq=akulturasi&hl=en&sa=X&ei=wH2WUNKSM4i3rAeR44GwDA&sqi=2&ved=0CDgQ6AEwBQ
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi
  • http://www.scribd.com/doc/61861705/akulturasi
  • http://mbahkarno.blogspot.com/2012/10/akulturasi-kebudayaan.html
  • http://www.psychologymania.com/2012/06/faktor-yang-mempengaruhi-akulturasi.html
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya



Friday, October 12, 2012

Transmisi Budaya dan Biologis Serta Awal Perkembangan dan Pengasuhan

A. Pengertian Transmisi Budaya
Transmisi budaya ialah  kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah. 
Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. mewariskan budaya dari generasi yang satu ke generasi yang lain melalui sebuah kegiatan pengiriman atau penyebaran sebuah kebiasaan/adat istiadat yang sulit untuk diubah disebut dengan transmisi budaya.
B. Bentuk Transmisi Budaya
  1. Enkulturasi adalah Proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya selama hidup seseorang individu dimulai dari institusi keluarga terutama tokoh ibu.Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka
  2. Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah. 
  3. Sosisalisasi adalah proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota. 

C. Pengaruh Terhadap Perkembangan Psikologi Individu
a. Pengaruh Enkulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
Enkulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
b. Pengaruh Akulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
Akulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Akulturasi terjadi karena sekelompok orang asing yang berangsur-angsur mengikuti cara atau peraturan di dalam lingkup orang Indonesia.
c. Pengaruh Sosialisasi terhadap perkembangan psikologi individu
Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui beberapa langkah jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangnya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang yang secara aktif melakukan proses sosialisasi.
D. Awal Perkembangan dan Pengasuhan
Transmisi budaya dapat terjadi sesuai dengan awal pengembangan dan pengasuhan yang terjadi pada masing-masing individu. Dimana proses seperti Enkulturasi ataupun Akulturasi yang mempengaruhi perkembangan psikologis individu tergantung bagaimana individu mendapat pengasuhan dan bagaimana lingkungan yang diterimanya. Individu tidak mampu berdiri sendiri, melainkan hidup dalam hubungan antar sesama individu. Dengan demikian dalam hidup dan kehidupannya manusia selalu mengadakan kontak dengan manusia lain. Karena itu manusia sebagai individu juga merupakan makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat.

Sumber :
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195004031976032-TITIN_KARTINI/TRANSMISI_BUDAYA_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf
http://www.imadiklus.com/2012/04/kajian-antropologi-teknologi-pendidikan-kasus-transmisi-budaya-belajar.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya

Thursday, October 11, 2012

Pengertian dan tujuan dari Psikologi Lintas Budaya serta menjelaskan hubungannya antara Psikologi Lintas Budaya dengan disiplin ilmu yang lain

Psikologi Lintas Budaya
Menurut Segall, Dasen dan Poortinga, psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi. (Dikutip dari Wikipedia)

Tujuan Psikologi Lintas Budaya  
Melihat, mempelajari dan memahami persamaan serta perbedaan yang ada dalam setiap individu secara psikologis dikarenakan adanya keberagaman budaya disekitarnya. Dengan melihat, mempelajari dam memahami persamaan serta perbedaan dalam keberagaman budaya yang ada, setiap individu dapat membangun hubungan psikologis yang terjalin dengan amat baik dengan lingkungan sosial-budayanya tersebut.

Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Disiplin Ilmu yang Lain
  • Hubungan antara Psikologi Lintas Budaya dengan Kepribadian 
Kepribadian lebih menekankan perbedaan diantara individu misalnya memahami perbedaan dalam tradisi lintas-budaya diantara anggota-anggota budaya yang berbeda, bagaimana orang-orang menghayati diri sendiri dan konteks sosiobudaya ditempat mereka. Konteks kesamaan lintas budaya berkaitan dengan kepribadian yaitu bagaimana seseorang dapat memahami perilaku orang lain dalam budaya lain, disamping perbedaan dalam keyakinan, pendapat, sikap, dan pengetahuan.
  • Hubungan antara Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi  
Psikologi lintas budaya berkaitan dengan Sosiologi karena di dalam sosiologi mempelajari akulturasi, sehingga ketika kelompok manusia dihadapkan dengan kebudayaan lain, mereka dapat mengendalikan budaya asing  yang masuk sehingga budayanya sendiri tidak akan hilang. Unsur-unsur budaya asing yang diterima pun tentunya terlebih dahulu mengalami proses pengolahan, sehingga bentuknya tidak asli lagi seperti semula. Misalnya pada sistem pendidikan di indonesia untuk sebagian besar diambil dari unsur-unsur barat, akan tetapi sudah disesuaikan serta diolah sedemikian rupa, sehingga merupakan kebudayaan sendiri. 
  • Hubungan antara Psikologi Lintas Budaya dengan Antropologi 
Ilmu antropologi menekankan pada pengertian tentang manusia dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik, kepribadian, masyarakat serta kebudayaannya. Kaitannya dengan psikologi lintas budaya yaitu bagaimana manusia dapat memahami adanya perbedaan aneka warna kulit, bentuk fisik, kepribadian antara sesama manusia sehingga manusia  itu dapat menyesuaikan perilakunya pada kebudayaan tersebut, maka manusia dapat membangun hubungan sosial yang baik dengan manusia lainnya.


Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_lintas_budaya
http://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi
http://dynaandjayani.blogspot.com/2012/01/tugas-psikologi-lintas-budaya.html

Tuesday, May 8, 2012

Analisis Tokoh Berkesehatan Mental "Monique Coleman" Berdasarkan Teori Humanistik Abraham Maslow

Saya akan mencoba untuk menganalisis seorang tokoh berkesehatan mental yaitu Monique Coleman yang sebelumnya sudah pernah saya bahas di blog saya (silahkan klik disini untuk melihat). Pada analisis ini saya menggunakan hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow.
Abraham Maslow adalah salah satu tokoh dan juga dikenal sebagai pelopor tokoh aliran Psikologi Humanistik. Teorinya yang sangat terkenal adalah teori tentang Hierarchy of Needs atau Hirarki Kebutuhan. Dalam menjelaskan teori humanistiknya, ia menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan.
Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).
Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut : 
1. Kebutuhan fisiologis atau dasar (basic needs)
2. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)
3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi (belongingness and love needs)
4. Kebutuhan untuk dihargai (esteem needs)
Monique dapat memenuhi kebutuhan yang paling paling pertama atau kebutuhan dasar (basic needs) yaitu kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis yang dapat terpenuhi yaitu seperti kebutuhan akan udara, makan, minum yang dapat terpenuhi oleh Monique dalam hidupnya. Ketika kebutuhan dasar ini sudah relatif tercukupi maka muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman.

Jenis kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman (safety needs) berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, bebas dari rasa takut dan cemas dan sebagainya. Mengembangkan rasa kepercayaan terhadap orang lain: keluarga, lingkungan sekitar, dalam pekerjaan. Trust perlu ada agar Monique merasa aman ketika berada di bersama orang lain.  Negara juga menjamin kemanannya sebagai warga negara melalui undang-undang serta peraturan yang yang ada, jadi Monique dapat merasa terlindungi dan aman.

Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relatif dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingness and love needs).Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang baik dan akrab dengan orang lain, saling menyayangi, mencintai dan dicintai dan rasa saling memiliki. Monique memenuhi kebutuhannya ini dengan mendekatkan diri dengan orang lain di lingkungannya. Mulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga. Ketika rasa cinta dan sayang yang ia berikan di keluarga juga diberikan kepadanya, ia merasa bahwa ia tidak hidup sendiri, ia mempunyai lingkungan yang membutuhkannya. Begitu juga dalam lingkungan pergaulan dan pekerjaan Monique.

Setelah tiga kebutuhan pertama sudah relatif terpenuhi maka muncullah kebutuhan untuk dihargai (esteem needs). Dalam kehidupannya, Monique dapat mencapai esteem needs karena ia dapat memenuhi kebutuhan akan kekuatan, kompetensi dan percaya diri serta kemandirian. Menjadi artis hollywood tidaklah mudah, ia melewati berbagai tahapan untuk mencapainya melalui kompetensi yang ia miliki serta kemandirian yang tinggi ia dapat mencapai kekuatan tersebut. Ia juga memiliki rasa kepercayaan diri yang baik, sebagai keturunan kulit hitam, tidaklah mudah untuk survive dalam lingkungan orang kulit putih, tapi Monique dapat menjalankannya dengan penuh rasa percaya diri yang baik. Ketika ia menjadi artis hollywood, secara otomatis pula ia mendapatkan status, ketenaran terhadap dirinya serta ia memiliki kebanggaan akan dirinya.

Ketika Monique tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang lain dan selalu siap untuk berkembang terus dalam hidupnya maka untuk selanjutnya ia dapat meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self actualization). Saat Monique dapat memenuhi 4 kebutuhan sebelumnya, maka ia dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baik. Aktualisasi diri yang dilakukan Monique seperti menggunakan semua bakat dan potensi yang ada pada dirinya. Selain menjadi arti hollywood yang sukses, Monique juga menjadi duta anak muda untuk PBB, ia mengkampanyekan mengenai pengembangan potensi-potensi diri dalam diri anak muda. Dalam menjalankan kehidupan serta karirnya ia meletakkan kualitas dan kapasitas terbaik dalam dirinya secara penuh untuk melakukan semua kegiatan yang ia lakukan.

Monday, March 26, 2012

Perbedaan Psikoanalisa dan Behavioristik dalam Memandang Manusia

Aliran Psikoanalisis
 
Aliran ini menyatakan bahwa struktur dasar kepribadian manusia sudah terbentuk pada usia lima tahun. Freud membagi struktur kepribadian dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Id merupakan sumber dari insting kehidupan (makan, minum, tidur) dan insting agresif yang menggerakkan tingkah laku. Id berorientasi pada prinsip kesenangan. Ego sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada prinsip realitas. Superego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan norma di masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah. Superego berfungsi untuk merintangi dorongan id, terutama dorongan seksual dan sifat agresif, juga mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistik dengan tujuan moralistik, serta mengejar kesempurnaan.
Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan, kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis, pembentukan simpton merupakan bentuk defensive, pengalaman tunggal hanya dipahami dengan melihat keseluruhan pengalaman seseorang, latihan pengalaman dimasa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi pada transferensi selama proses perilaku.
Pandangan psikoanalisis memberi implikasi yang sangat luas terhadap konseling dan psikoterapi, khususnya dalam aspek tujuan yang hendak dicapai serta prosedur yang dapat dikembangkan.


Aliran Behaviorisme
Behaviorisme merupakan orientasi teoritis yang didasarkan pada premis bahwa psikologi ilmiah harus berdasarkan studi yang teramati. Teori ini dicetuskan oleh John B. Watson.adapun teori ini terbagi atas 2 bagian yaitu:
1)  Teori kepribadian Klasikal
Kepribadian ini dicetuskan oleh Juan Petrovich Pavlov, dia menggunakan eksperimen terhadap seekor anjing. Anjing dioperasi sedemikian rupa, sehingga apabilaair liur keluar dapat dilihat dan dapat ditampung dalam tempat yang telah disediakan. Apabila anjing lapar dan melihat makanan, kemudian mengeluarkan air liur, ini merupakan respon yang alami, respon yang reflektif, yang oleh Pavlov disebut respon yang tidak terkondisi yang disingkat UCR. Apabila anjing mendengarkan bel dan kemudian menggerakan telinganya, ini merupakan respon yang alami. Bel sebagai stimulus yang tidak terkondisi atau UCS dan gerak telinga sebagai UCS.
2)    Teori Kepribadian Operan.
Yaitu dicetuskan oleh Skinner yang membagi tingkah laku dalam 2 tipe yaitu: responden dan operan. Tingkah laku responden adalah respon atau tingkah laku yang dibangkitkan atau dirangsang oleh stimulus tertentu. Tingkah laku responden ini wujudnya refleks. Tingkah laku responden ini ternyata dapat dibentuk melalui proses conditioning atau belajar. Tingkah laku ini bergantung pada reinforcement dan secara langsung merespon stimulus yang bersifat fisik.Tingkah laku operan adalah respon atau tingkah laku yang bersifat spontan tanpa stimulus yang mendorongnya secara langsung. Tingkah laku ini ditentujan atau dimodifikasi oleh reinforcement yang mengikutinya. Contohnya : ketika tikus yang dimasukan di dalam peti yang diberi makan untuk berapa waktu lamanya ( tikus menjadi lapar ), dia bertingkah laku secara spontan dan acak, dia aktif, mendengus, mendorong, dan mengeksplorasi lingkungannya. Tingkah laku ini bersifat sukarela, tidak dirangsang, dalam arti respon tikus itu tidak dirangsang oleh stimulus tertentu dari lingkungannya.
Menurut Skinner reinforcement dapat terdiri dari 2 cara: positif dan negatif, yang positif ini sinonim dari “reward” ( penghargaan ), sementara yang negative memainkan peranan dalam perkembangan kecendrungan-kecendrungan untuk menghindar.
Behaviorisme menekankan perspektif psikologi pada tingkah laku manusia, yakni bagaimana individu dapat memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, dan menjadi lebih mengtahui. Behaviorisme memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan, pengalaman, dan pemeliharaan atas bentuk perilakunya. Tujuan aliran psikologi Behaviorisme adalah mencoba memprediksi dan mengontrol perilaku manusia sebagai introspeksi dan evaluasi terhadap tingkah laku yang dapat diamati, bukan pada ranah kesadaran.
Ivan Petrovic Pavlov pernah melakukan eksperimen terhadap seekor anjing. Ia menyalakan lampu di depan anjing yang sedang lapar. Anjing tersebut tidak mengeluarkan air liur. Saat Parlov meletakkan sepotong daging didepannya, anjing tersebut mengeluarkan air liur. Perlakuan itu terus diulang-ulang beberapa kali, sehingga setiap kali lampu dinyalakan anjing tersebut mengeluarkan air liur, walaupun tidak disajikan sepotong daging. Dalam kasus ini, air liur anjing disebut sebagai conditioned response, sementara cahaya lampu disebut sebagai conditioned stimulus.
Jika eksperimen tersebut direfleksikan terhadap manusia sebagai individu, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hakikat aliran Behaviorisme adalah teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus menerus dengan lingkungannya. Menurut B.F. Skinner, cara efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement) dan pemberian hukuman (punishnent), suatu strategi yang membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya (berpeluang untuk tidak terjadi) pada masa mendatang. Jadi, yang menjadi prinsip umum dalam aliran Behaviorisme adalam tingkah laku sebagai objek, refleks atas semua bentuk tingkah laku, dan pembentukan kebiasaan dalam individu.
 

Perbedaan aliran psikoanalisa dengan behavioristik dalam memandang manusia :
  • Aliran psikoanalisa berdasarkan pada pikiran sebagai subjek psikologi, sementara Behavioristik berdasarkan atas perilaku.
  • Aliran Psikoanalisa berpendapat bahwa manusia berasal dari konflik masa kanak-kanak dan tekanan-tekanan biologis, sedangkan aliran Behavioristik berpendapat bahwa manusia berasal dari suatu sitem kompleks yang bertingkah laku menurut cara sesuai hukum yang ada.
  • Dalam aliran Psikoanalisa dan Behavioristik, keduanya mengabaikan segala potensi yang berada didalam diri individu
  • Aliran Psikoanalisa dan Behaviorisme memandang pesimistis terhadap kodrat manusia yaitu manusia dianggap sakit / pincang menurut aliran Psikoanalisa dan manusia dianggap tidak memiliki sikap jati diri menurut aliran Behavioristik.

Monday, March 19, 2012

Film dengan tokoh berkesehatan mental

SOUL SURFER
true story



Bethany hamilton (diperankan oleh AnnaSophia Robb) adalah wanita yang sangat menyukai berselancar (surfing). Ayah, Ibu dan kedua kakaknya pun adalah seorang surfer. Bethany sangatlah berprestasi di dunia surfing, ia dikenal banyak orang karena prestasinya, bahkan ia sampai mendapatkan kontrak eksklusif dengan brand surfing ternama di dunia. Seumur hidupnya Bethany hanya tahu surfing dan surfing sudah menjadi bagian dari hidupnya. Sampai suatu saat semua itu direnggut dari Bethany dan gadis muda ini sempat merasa kehilangan segalanya.
Pada suatu pagi bersama teman-temannya, Bethany turun ke laut seperti biasanya. Tak ada keraguan sedikit pun di hati Bethany. Tiba-tiba saja, entah dari mana seekor ikan hiu menyerang dan menggigit lengan kiri Bethany hingga terputus, padahal pada saat itu kondisi air di pantai sedang tenang. Bethany berhasil terselamatkan namun lengan kiri Bethany terpaksa diamputasi.
Untuk seorang peselancar (surfer), tangan adalah benda yang berharga untuk membantu keseimbangannya ketika ia sedang surfing. Bethany merasa tak mungkin bisa berselancar lagi. Semuanya sudah berakhir buat Bethany.
Namun sepertinya takdir Bethany memang menjadi seorang peselancar. Ketika Bethany sedang menjadi relawan tsunami di Thailand ia baru menyadari kalau ia masih bisa berguna meskipun satu tangannya sudah hilang. Dengan semangat baru, Bethany kembali turun ke laut dengan papan selancarnya. Pelan-pelan, dengan bantuan kedua orang tuanya, Bethany mulai pulih meski ia sadar kalau semuanya tak akan sama lagi seperti dulu. 
Dengan kegigihan dan semangatnya, Bethany mulai berlatih surfing dengan menggunakan 1 tangan, berlatih menjaga keseimbangan di papan selancar. Ia juga harus mulai belajar melakukan seluruh kegiatan sehari-harinya hanya dengan 1 tangan. Semangat dan kegigihan Bethany sungguh membuahkan hasil, ia bisa kembali berprestasi dan meraih keberhasilan di dunia surfing, ia juga dapat menjadi inspirasi bagi dunia.
Hal inilah yang membuat saya memilih film ini dengan tokoh yang memiliki kesehatan mental. Disaat terkena musibah yang begitu berat dan merubah hidup seseorang, sejatinya orang tersebut akan putus asa dan menarik diri dari dunia luar, tetapi hal ini  tidak berlaku bagi Bethany. Ia tidaklah berputus asa, ia bangkit dan menjadi lebih kuat dan tangguh dalam menjalani hidup, menerima kenyataan, menjadikan kekurangannya sebagai pandangan hidup yang patut disyukuri, lebih berprestasi, bahkan ia dapat lebih bersinar sekarang ini dan menjadi inspirasi bagi dunia.
Kisah nyata inilah yang juga menginspirasi saya.

Monday, March 12, 2012

TOKOH SEHAT SECARA MENTAL YANG DAPAT JUGA MENGINSPIRASI SAYA

HALLO!
Akhirnya bertemu lagi nih di semester baru, semester 4! Semester baru, postingan baru!

Kali ini saya mengangkat cerita mengenai seseorang yang sehat secara mental, dan tokoh ini juga menginspirasi hidup saya yaitu Monique Coleman. Saya Juga pernah membahas mengenai Monique di blog saya pada bulan maret 2011, bagi yang ingin melihat bisa klik disini. Mengapa saya memilih Monique? Monique adalah satu-satunya perempuan kulit hitam (African) yang berhasil menjadi duta PBB untuk anak muda. Sebelumnya ia adalah aktris hollywood yang akhirnya memilih meniggalkan karir keartisannya dan kemudian menjadi duta anak muda dan berkeliling dunia untuk membagikan cerita serta bertukar pikiran dengan seluruh anak muda diseluruh belahan dunia. Ketika saya menghadiri speech nya di Jakarta, ia mengingatkan bahwa sebagai anak muda kita harus bisa menjaga sikap dan perilaku serta menerima perbedaan yang ada di masyarakat. Ia juga membahas mengenai isu-isu perbedaan ras dan gender di Amerika yang bisa ia bagi kepada kita remaja-rejama/anak muda di Indonesia.

Itulah yang membuat saya menjadikannya sebagai inspirasi dan juga menurut saya ia sehat secara mental. Menjadi orang kulit hitam bukanlah halangan untuknya berkarir dan berkarya, bukan menjadi alasan untuk kurang percaya diri, justru itu haruslah menjadi modal utama kita berbagi rasa "bagaimana kita survive hingga berhasil" kepada dunia.


Bagi yang ingin tau lebih mengenai Monique Coleman, bisa buka di web nya http://www.gimmemo.com/#